Rabu, 20 Juni 2012

artikel kelima : Berpolitik Santun Hanya Kedok Belaka


JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Doni Gahral Adian, mengatakan bahwa semakin tebal kedok seseorang dalam berpolitik, semakin besar dosa yang disembunyikan.
Doni mengatakan, gaya berpolitik santun ini dipraktikkan oleh para politisi di Indonesia, termasuk Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. "Istilah santun seperti kedok. Makin tebal kedoknya (santun), semakin banyak pula dosa politik yang ditutupi," kata Doni dalam diskusi "Politik Santun, Antara Retorika dan Kenyataan" di Rumah Perubahan 2.0, Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2012).
Doni berpendapat, gaya berpolitik seperti itu juga dilakukan oleh presiden kedua RI, Soeharto. Lain halnya dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. "Gus Dur itu melabrak aturan yang sudah ada. Namun, kebijakannya memberi manfaat bagi orang banyak," ujarnya.
Menurut Doni, berpolitik yang santun saat ini menjadi alat untuk perebutan kekuasaan dan menyembunyikan kebijakan yang mencederai masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan budaya masyarakat Indonesia yang selalu melihat sesuatu yang tampak. Padahal, di belakang itu tersembunyi kebohongan.
"Saat Pemilu 20014 nanti, mana yang kita pilih? Pemimpin yang tampil apa adanya tapi konstitusional atau pemimpin yang santun tetapi banyak yang disembunyikan," kata Doni.
My comment:
Political manners can be acted by thugs. Street thugs and goons officials remained the same: rather feverish, like the hard-squeezed, quasi-whiz acting, saviors, raping the rights of small people, great corruption, delirious, and so on. Who says thugs could not pretend to be good people?
from the time of the pharaoh king until the Roman senate had then, no such thing as "polite politics", if there is political hypocrisy and I think only in Indonesia, which is wrong because we also chose leaders only look tough, too ketauan finally unmasked, while SBY again so RI1 should he resign from the democrats, now in the care of a democratic, not a lot of people miserable .... PRIHATINNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar